<$BlogRSDURL$>

Friday, January 14, 2005

Subject: RE: Seorang Ustadz Kutip Puisi Sutardji
From: MH
To: WH
Date: 14 Januari 2005 16:55:02


Ha! Agak kabur juga sekarang merentang seorang khatib dan seorang penyair berdeklamasi :)
Tapi, terkejut pulalah aku! Seorang khatib mengutip syair sastrawan. Terlebih, Sutardji yang di kutip. Dan kumpulan 'O, Amuk, Kapak' yg dipreteli. Tsck..tcsk..tsck..

Tapi, wajib pula ku pikir seorang Khatib di mimbar Jum'ah (yg konon sacral dan tak punya ruang untuk berpolemik kecuali menyuguhkan ayat-ayat suci) untuk juga menaruh kutipan yang mengena hadirin dari persepktif lain. Bahasa kerennya: new point of view, begitu.
Terlebih, jamaah mesjid yang kau masuki saat jum'ah siang tadi, adalah contoh sebuah komunitas 'modern' yang berangkat dari jenis : berijazah dan bergelar akademik. Pada golongan yang seperti itu, disamping sentuhan ayat-ayat Illahi, sentuhan hal-hal yang agak lain: seperti Sastra, teknologi, politik, atau science akan lebih mengena dan menawarkan sebuah rasa baru: segar, enak disimak dan jadi..obat kantuk!
Contohnya gampang saja: toh, kau sendiri rela mengabarkan hal demikian itu kepadaku, sebagai sesuatu yang menarik dan 'zander', kan?

Salam,
MH

Mungkin cahaya bulan Januari akan memamah hatiku dengan sinar kejamnya,
mencuri kunciku pada ketenangan sejati..
Soneta LXVI
Pablo Neruda

---

Subject: Seorang Ustadz Kutip Puisi Sutardji
From: WH
To: MH
Date: 14 Januari 2005 15:41

Dear MH sahabatku,

Tadi siang Sholat Jumat. Khatib bicara soal bencana Aceh, sempat juga
dikutipnya lirik Ebiet G. Ade.

Tapi yang lebih membuatku tercengang adalah, dikutipnya pula secarik Sutardji.

"kakiluka
lukakahkakikau
lukakakikau
lukakakikukah"

Sajak itu, ucap sang Khatib, mempertanyakan sifat empati dan ikut menderitanya
seorang saudara atas penderitaan yang dialami saudara lain. Ibaratnya Aceh
menderita, kita juga menderita.

Menarik juga, puisi yang relatif 'sekuler' itu dikutip oleh sang Khatib. Kalau
yang dikutip T. Ismail mungkin tidak terlalu heran aku. Tapi yang dikutip
Tardji, dari periode 'mabuk-mabukan'nya.

Menurutmu?

Salam,

WH

Monday, January 10, 2005

RE: Lama Tak Diskusi
From: MH
To: WH
Date: January 10th, 2005. 12:30:33

Sahabat WH:

Aku, juga rindu masa2 diskusi kita dahulu bung!

Saat ini, aku malah asyik 'berdiskusi' dengan diktat kuliah dan aljabar kalkulus yg getir

Bung, jika sempat, aturlah waktu untuk bertemu untuk sekedar ngobrol ngalor-ngidul seperti dahulu..
aku makin lelah sahaja. Butuh waktu rehat sejenak. Menikmati kopi dan sepotong senja.
Mungkin memancing, Atau menghembus filtra bersama.
Mungkin cuma sepotong pembicaraan filsafat tak utuh.
Tak perlu filsafat darah-daging. Apalagi filsafat in-action.
Secukupnya saja. Sekedarnya saja.
Cuma sepotong pembiacaraan yg jenaka, namun hangat.
Sepotong saja. Tak lebih.
Mungkin diantara sibakan angin saat melaju diatas kumbang kelabu yg makin ringkih.
Kita penikmat sejarah, bukan?
Kurasa, tak apa untuk hiburan santai diwaktu lengang..


Salam,
MH
Lama Tak Diskusi

From: WH
To: MH
Date: Friday 17:38:42

Rekan MH,

Sudah lama kita tak berdiskusi sastra lewat e-mail.

Adakah yang menggeliat dalam pikiranmu?

Salam,
WH
Diskusi tuk Jumpa, Jumpa tuk Diskusi

From: WH
To: MH
Date: 10/01/2005. 12:52:50

Sahabatku MH,

Tentu saja. Kapan kau ada waktu kita bisa bersua.
Tapi filtra untukmu saja, masa-masaku menghisap filtra sudah habis.
Bila mungkin kau ada di Depok Minggu ini, mampirlah ke Durian 6. Atau kabari aku, biar ku mampir ke tempatmu.

Salam,

WH

Kutimang Sejarah

Sejarah ditimang pelan, seperti bayi dalam buaian.
Tidurlah tidur kita berbisik
agar ia tak usik
hari-hari kini

Suatu hari sejarah mungkin pecah menangis
dan kita bisa jadi tersentak
pada apa yang diungkapkannya
sebuah kisah lama atau janji
yang terkubur dalam lupa


  • AsalUsulTemplate
  • This page is powered by Blogger. Isn't yours?